Welcome back to Asuransimurni.com!
Kali ini kita akan membahas tentang pendapatan agen asuransi yang katanya memiliki jumlah fantastis hingga milyaran rupiah per bulannya.
Katanya.
Pada perspektif lainnya, kita sering melihat media sosial seorang agen asuransi yang sering bepergian keliling dunia, menjadi pembicara, berpenampilan trendy dan classy dan lain sebagainya sehingga terlihat elit sehingga membuat kita berdecak kagum dan bertanya-tanya:
itu mereka beneran gak sih?
Jika kita sandingkan penghasilan sekaligus entry barrier pekerjaan sebagai agen asuransi dengan profesi lainnya, maka kita akan menemukan bahwa pekerjaan sebagai agen asuransi merupakan pekerjaan yang anomali. Tentu saja hal ini bakal dibahas secara lanjut dalam artikel ini.
Without furtherado, let’s go!
Bagaimana agen asuransi menghasilkan uang?
Kita mulai pembahasan dari bagaimana agen asuransi menghasilkan uang. Bagi mereka yang sudah familiar dengan dunia Sales, pasti familiar dengan istilah dibawah ini:
- Cross-selling
- Up-Selling
- Down-Selling
- Marketing
- Hard-Selling
- Soft-Selling
- Cold-Calling
- dan banyak lagi istilah lainnya
Namun pada artikel ini kita akan membahas 7 poin tersebut biar ga kepanjangan:
Cross-Selling
Bayangkan kamu lagi di toko baju yang kamu suka, terus kamu udah nemu baju yang kamu mau beli. Nah, pas kamu lagi bayar di kasir, si penjual tanya,
“Mau lihat aksesoris yang cocok buat baju ini?”
Nah, kamu pikir,
“Wah, mungkin bisa tambahin kalung atau gelang yang matching sama baju ini.”
Nah, kamu akhirnya beli juga kalung dan gelang itu. Itulah yang dinamakan Cross-Selling, saat penjual tawarin produk tambahan yang bisa pas sama produk yang udah kamu beli. Jadi, awalnya kamu cuma mau beli baju, tapi akhirnya juga beli aksesorisnya.
Up-Selling
Jadi begini, bayangkan kamu lagi di restoran sama teman-temanmu. Kamu udah pesen hamburger enak, terus pelayannya tanya,
“Mau tambah kentang goreng atau minuman lain, Kak?”
Nah, kamu pikir,
“Hm, mungkin enaknya minum jus buah juga ya.”
Nah, pas kamu bilang gitu, pelayannya langsung tawarin beberapa pilihan jus buah yang ada di menunya. Nah, kamu akhirnya milih jus mangga karena suka banget sama mangga.
Nah, itulah Up-Selling, saat kamu udah beli sesuatu, terus pelayan atau penjual tawarin tambahan atau produk yang lebih mahal. Jadi, awalnya kamu pesen hamburger, tapi akhirnya juga minum jus mangga karena ditawarin.
Down-Selling
Oke, bayangkan kamu lagi di toko mainan dan kamu lihat ada mobil-mobilan keren di rak. Kamu pengen banget beli mobil-mobilan itu, tapi ternyata harganya agak mahal dan kamu punya uang terbatas. Nah, kamu ke kasir dan bilang,
“Mbak, saya pengen beli mobil-mobilan ini, tapi harganya agak mahal buat saya. Apa ada yang lebih murah?”
Nah, mbak kasirnya langsung tunjukin mainan lain yang harganya lebih terjangkau, tapi tetap seru. Jadi, kamu akhirnya beli mainan yang lebih murah tapi tetap bisa main-main dengan senang hati.
Nah, itu namanya Down-Selling, saat penjual menawarkan produk yang lebih terjangkau atau sederhana kepada pembeli yang mungkin tidak mampu atau tidak mau membeli produk yang lebih mahal. Jadi, meskipun awalnya kamu mau beli mobil-mobilan yang mahal, kamu bisa dapetin mainan yang seru tapi harganya lebih murah.
Marketing
Bayangkan kamu punya kue yang kamu buat sendiri di rumah. Kue itu enak banget dan kamu pengen kasih tahu teman-temanmu tentang kue itu. Nah, kamu mulai cerita ke mereka tentang kue itu, bilang kalo rasanya lezat banget dan bagaimana kamu bikinnya dengan cara yang unik.
Terus, kamu tawarin mereka cobain kue itu juga. Nah, saat teman-temanmu nyobain kue itu dan suka, mereka bisa ngomongin ke teman-temannya yang lain lagi, dan begitu seterusnya.
Nah, itu namanya Marketing, yaitu cara untuk mempromosikan produk atau jasa supaya lebih dikenal dan diminati orang. Jadi, seperti kamu ceritain kue ke teman-temanmu, itu salah satu cara marketing yang bisa bikin produkmu makin laris dan dikenal banyak orang.
Hard-Selling
Bayangkan kamu lagi di supermarket sama ibumu. Kamu lagi jalan-jalan di gang-gang toko, terus tiba-tiba ada seorang penjual yang langsung mendekati kamu dan ibumu. Dia langsung tawarin produknya dengan sangat agresif, kayaknya dia nggak mau kamu tinggalin sampai kamu beli barangnya. Dia bilang,
“Mba, ini produk terbaru, spesial hari ini! Harganya murah banget, nggak bakal kamu temuin di tempat lain. Buruan beli sekarang juga!”
Nah, kamu jadi merasa tertekan dan kurang nyaman, tapi akhirnya beli barangnya juga karena nggak tahan sama tekanannya.
Nah, itu namanya Hard-Selling, yaitu cara menjual yang agresif dan langsung menekankan pembeli untuk segera membeli produk tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau preferensi pembeli.
Jadi, seperti saat penjual tiba-tiba nyerang kamu di supermarket, itu contoh dari hard selling yang bisa bikin pembeli merasa terpaksa untuk beli barangnya.
Soft-Selling
Bayangkan kamu lagi di toko buku yang kamu suka. Kamu lagi ngeliat-liat buku-buku di rak, dan ada seorang penjual yang dateng ke kamu dengan senyum ramah. Dia ngobrol sama kamu, tanya-tanya tentang buku-buku yang kamu suka dan kenapa kamu tertarik sama topik itu.
Nah, dia ngasih rekomendasi buku lain yang mungkin juga kamu suka, tapi dia nggak terlalu maksa atau ngomongin harga terus. Dia lebih kayak sharing aja, kayak,
“Wah, mungkin kamu juga suka buku ini karena isinya mirip sama yang kamu suka tadi.”
Nah, kamu jadi merasa nyaman dan akhirnya tertarik untuk beli buku-buku yang direkomendasikan sama dia.
Nah, itu namanya soft selling, yaitu cara menjual yang lebih santai dan lebih fokus pada membangun hubungan dengan pembeli, daripada langsung tekanan untuk beli produk. Jadi, seperti saat penjual di toko buku yang ramah dan ngobrol sama kamu, itu contoh dari soft selling yang lebih nyaman dan lebih menarik perhatian pembeli.
Cold-Calling
Bayangkan kamu lagi di rumah dan tiba-tiba telepon rumah berdering. Kamu angkat, dan ternyata ada seseorang yang ngomong dari perusahaan asuransi. Mereka ngomong,
“Halo, apakah ini Bapak/Ibu [Nama Kamu]? Saya dari perusahaan asuransi XYZ, saya ingin menawarkan produk asuransi terbaru kami yang bisa memberikan perlindungan maksimal untuk keluarga Anda.” 💩
Nah, kamu mungkin nggak pernah kenal atau nggak pernah dengerin perusahaan itu sebelumnya, tapi mereka tetap lanjut ngomong tentang produk mereka dengan harapan kamu tertarik.
Nah, itu namanya Cold Calling, yaitu cara menjual di mana penjual menghubungi calon pembeli secara langsung tanpa ada hubungan sebelumnya atau tanpa calon pembeli meminta kontak tersebut. Jadi, kayak saat kamu di rumah dan tiba-tiba dihubungi oleh perusahaan yang nggak kamu kenal, itu contoh dari cold calling yang kadang bisa terasa agak mengganggu.
kok banyak bener bang?
yaiyalah. Kan pemasukan milyaran masa kerjanya gabut 💩
Tapi, kita tentu lebih penasaran apa yang agen asuransi sebenarnya jual?
Yok kita bahas setelah pesan komersial berikut ini.
Apa yang dijual oleh agen asuransi?
Sesuai namanya, agen asuransi sudah pasti menjual asuransi. Agen properti sudah pasti menjual properti. Agen perjalanan sudah pasti menjual perjalanan. Agen Aqua sudah pasti menjual air minum Aqua.
Mengapa agen asuransi berbeda?
Usut punya usut, agen asuransi berbeda dari agen-agen lainnya. Ketika agen lain dapat berfoto dengan produk yang mereka jual, dengan kemasan yang berwarna-warni dan berwujud, dapat dipegang, dilihat, diterawang, Agen Asuransi justru berfoto sama buku Polis.
isn’t it weird?
Weird. Memang. Makannya bayarannya mahal~
Agen Asuransi yang sebenarnya ialah menjual solusi. Sebuah value dari kontrak asuransi yang sejalan dengan rencana dan kebutuhan kliennya serta merekomendasikan produk yang menjadi solusi dari permasalahan yang sedang dialami oleh klien.
kalo kamu punya agen asuransi yang gak kayak gini, lebih baik tinggalin!
Sebagai contoh, kamu punya ketakutan tentang tagihan Rumah Sakit yang datangnya tiba-tiba dengan nominal tak terduga, maka agen asuransi yang cerdas akan menawarkan kamu produk asuransi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Contoh lain misalnya, kamu memiliki utang dan kamu takut sewaktu-waktu kamu berpulang meninggalkan utang dan cicilan buat keluarga dan orang-orang tersayang, maka agen asuransi yang cerdas akan menawarkan kamu asuransi jiwa.
Contoh lain misalnya, kamu ingin terlindungi dari risiko penyakit kritis yang dapat merenggut pemasukan karena kamu tidak produktif, maka agen asuransi yang cerdas akan menawarkan kamu asuransi penyakit kritis
Permasalahannya adalah…
Terkadang klien tidak memahami kebutuhan mereka dan agen asuransi tidak dapat merekomendasikan produk yang sesuai dengan permasalahan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian jangka panjang hingga pembayaran produk asuransi yang overpriced.
Hal ini diperparah dengan oknum agen asuransi yang menawarkan produk asuransi secara barbar demi mengejar komisi, membuat klien membayar produk asuransi atas perlindungan yang tidak mereka butuhkan.
Mengantisipasi hal ini, saya pernah menulis artikel tentang bagaimana cara meminimalisir biaya premi asuransi agar lebih terjangkau dapat dibaca melalui tautan berikut ini:
lalu, benarkah seorang agen asuransi mampu meraup pendapatan hingga milyaran?
setelah pesan komersial berikut ini.
Berapa estimasi pemasukan agen asuransi?
Bukan orang Indonesia kalo gak kepo sama urusan pribadi orang lain. Nah buat hal yang ini bakal gw buka berapa pemasukan gw sebagai agen asuransi. Kalo udah pada follow akun Twitter pasti sering ngeliatin gw sering mengunggah slip komisi gw setiap bulannya.
yes, nominalnya masih rata-rata UMR. Today.
Cerita ini gak akan sexy kalo diceritain ke banyak orang dalam seminar orang kaya, atau seminar orang sukses yang mengenakan jas dengan busana rapih dan premium. Then, balik lagi, kita akan membahas dari sisi value.
Berapa Value agen asuransi?
Berkaca pada Cashflow Quadrant ala Robert Kiyosaki, agen asuransi merupakan profesi yang mungkin berada pada 4 sisi sekaligus, yakni:
- Self Employee
- Business
- Investor
- Employee
dengan penjelasannya masing-masing:
Agen Asuransi sebagai Self Employee
Agen Asuransi sebagai employee biasanya diisi oleh agen asuransi yang baru masuk dan belum memiliki jabatan atau tahta tertentu. Dia mendapatkan pemasukan ketika melakukan produksi / penjualan asuransi.
Agen Asuransi tidak memiliki tunjangan apalagi pemasukan tetap, sehingga ia harus menggunakan capital atau resource sendiri untuk menunjang produksi.
kurang lebih mirip-mirip gig working yang pernah dibahas pada artikel berikut ini
Agen Asuransi sebagai Business
Pada bagian ini, orang sering ketuker antara Self Employee dan Business. Business berarti having someone to run the business. Menghasilkan uang dengan menggunakan Capital / Resource orang lain. Orang lain bekerja mulai dari pukul 9 sampai pukul 5 sore, mendapat gaji tiap akhir bulan padahal mereka gak mungkin lebih kaya dari si pemilik bisnis alias bosnya.
Nah konsep ini pun dapat diterapkan kedalam agen asuransi, dimana kita dapat merekrut orang lain untuk bekerja membangun tim bersama kita dengan iming-iming menjadi milyarder atau sekadar berwisata ke luar negeri.
Agen Asuransi sebagai Investor
Jika seseorang sudah memiliki bisnis asuransi, maka ia mendapatkan uang dengan menggunakan capital dan resource orang lain. Orang lain kelelahan butuh istirahat, kita yang terima uang. Uang tersebut kemudian kita konversi menjadi aset yang dapat memperkaya kita di masa depan sesuai timeframe dan risks masing-masing.
Kombinasi Agen Asuransi sebagai Self Employee – Business – Investor
merupakan kombinasi tertinggi dalam kehidupan dimana kita tidak perlu bekerja, namun tetap mendapatkan uang atau pemasukan dan aset beranak pinak atas kerja keras dan sumber daya orang lain.
Sekalipun kita sedang berada di London, Dubai, Switzerland, Skandinavia, Nordic, selama ada Business yang berjalan, maka rekening kita akan terus terisi setiap bulannya dan aset yang kita beli pun akan meningkat harganya over time.
Agen Asuransi VS Rafathur
Orang sering bilang paling enak jadi Rafathur. Lahir di keluarga kaya yang memiliki aset dimana-mana, punya tabungan dan aset sejak dalam rahim.
Orang bilang itu adalah privilege, padahal semua orang bisa melakukannya kok.
Rafathur ada pada titik tersebut karena kerja keras orang tuanya yang diwariskan kepada anaknya. Koneksi, Network, Kesuksesan orang tua yang diwariskan pada anaknya. Hal ini berbeda dari kebanyakan orang tua pada umumnya dimana mereka:
- Menjadi pegawai dari level paling bawah
- Melahirkan anak
- Menyekolahkan anak
- Anak bekerja menjadi pegawai lagi dari level paling bawah
- Anak menikah
- Punya cucu
- Anak menyekolahkan cucu
- Cucu bekerja menjadi pegawai lagi dari level paling bawah
terus aja gitu. Ngulang terus. Inilah yang tidak dilakukan oleh Rafathur dan keluarganya.
Serupa dengan contoh di atas, agen asuransi merupakan bisnis yang dapat diwariskan, dimana seorang anak dapat menjadi agen asuransi mengandalkan koneksi, branding, reputasi, nama baik orang tuanya. Sebuah kerja keras puluhan tahun yang berlangsung secara turun – temurun. Compounding.
Inilah cara menjadi kaya. Gak banyak orang yang tahu, karena ketika kamu menjadi kaya, maka kamu akan sulit dikendalikan.
Kembali ke pertanyaan awal.
Berapa Value agen asuransi?
Kalau kamu udah baca sampe sini, harusnya kamu ngerti berapa value dari pekerjaan yang sering diremehkan dan dipandang sebelah mata bernama Agen Asuransi.
Kalau belum, biar gw kasih ilustrasi kedua soal pemasukan agen asuransi.
Valuasi agen asuransi
Hari ini kamu ingin makan buah jeruk. Kamu memiliki 2 opsi:
- Kamu bisa mengeluarkan uangmu untuk membeli jeruk dan memakannya hari ini.
- Kamu bisa mulai menanam pohon jeruk dari sekarang
Jika kamu memilih opsi pertama, maka kamu wajib mengeluarkan uang setiap kali kamu ingin makan buah jeruk, berapapun harga yang ditagihkan oleh penjual dikenakan PPN, PPH, P3K PPPPPPPPPPPPP lainnya
Jika kamu memilih opsi kedua, maka kamu menahan diri untuk tidak makan jeruk selama periode waktu tertentu. Setelah 2 tahun, pohon jerukmu berbuah dan kamu bisa memakannya secara gratis. Jeruk berbuah bukannya dikonsumsi, malah bijinya ditanam lagi sehingga kamu punya banyak pohon jeruk.
Alhasil, kamu bisa makan jeruk kapanpun sekaligus mendapatkan pemasukan dengan jualan jeruk.
Nah, buah jeruk pada ilustrasi di atas adalah pendapatan agen asuransi dan pohonnya adalah sebuah capitalnya. Jika kita ingin makan jeruk, maka yang harus dikerjakan ialah menanam pohonnya. Pohon disini berfungsi sebagai kombinasi antara Business dengan Investor. Ketika kita menjual sebuah jeruk dengan harga 10rb, maka kita dapat berjualan jeruk seharga tersebut selama kita memiliki pohonnya.
Agen Asuransi VS Deposito
Assuming seorang agen asuransi memiliki pendapatan Rp. 5,000,000 per bulan atau setara dengan Rp. 60,000,000 per tahun. Maka ia membutuhkan capital sebesar Rp. 1,500,000,000 alias 1,5M untuk dititipkan dalam instrumen Deposito dengan asumsi bunga 4% p.a. Semakin banyak produksi yang dilakukan, semakin melejit pula capital yang dimiliki dengan adanya pendapatan tambahan.
Menarik gak tuuh?
Kesimpulan
Demikian plan dan cara mengelola pemasukan sebagai agen asuransi agar long lasting dan menjadi pohon yang dapat menaungi kita di usia senja. With a better plan, comes a great reward.
Jika diantara pembaca tertarik pada hadiah yang menanti di masa depan, yuk kita mulai garap project ini. Semakin ditunda, semakin tertunda juga hadiah yang menanti kita di hari esok.
Are you coming?
0 Comments